Jumat, 24 Februari 2017

Awal Kisah Ferry Unardi "TRAVELOKA"

Ferry Unardi lahir pada 16 Januari 1988 di kota Padang. Setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah, Ferry memutuskan untuk melanjutkan pendidikan Universitas. Tak tanggung-tanggung, Beliau memilih kuliah di Purdue University jurusan Computer Science dan Engineering.





Kisah Sukses Ferry Unardi pendiri Traveloka - Perencana Keuangan Independen Finansialku

Setelah menyelesaikan pendidikan S1, Beliau memutuskan untuk bekerja di Microsoft, Seattle. Beliau bekerja sebagai seorang software engineer. Setelah 3 tahun bekerja, Ferry berpikir bahwa dirinya sulit menjadi terbaik di Microsoft. Pemikiran tersebut wajar untuk seorang karyawan, karena karyawan akan memikirkan karir. Karena Ferry merasa suntuk dengan pekerjaannya, Beliau mencoba terbang ke China untuk mencari pemikiran baru. Hasil pemikirannya adalah industri travel dan penerbangan.

Sebagai seorang insinyur (software engineer), Ferry Unardi merasa tidak terlalu percaya diri memulai bisnis startup. Beliau berpikir logis dan memustuskan untuk melanjutkan pendidikan S2 Bisnis di Harvard University.

Dalan 1 semester di Harvard University, Ferry Unardi tertarik untuk mengembangkan perusahaan rintisan (startup). Beliau memilih stratup di bidang mesin pencari tiket pesawat. Ferry, merasa kesulitan saat memesan tiket Amerika – Indonesia. Berawal dari solusi untuk memecahkan permasalahannya sendiri, Ferry mengembangkan sebuah mesin pencari tiket pesawat dengan teknologi yang lebih modern, fleksibel dan praktis.

Berdirinya Traveloka.com

Tepat saat Ferry berusia 23 tahun, Beliau memutuskan untuk melangkah keluar dari zona nyaman. Ferry melihat pada waktu itu, Startup di bidang reservasi tiket, adalah startup yang masih booming dan menjadi trend. Banyak investor berlomba-lomba untuk masuk ke industri startup reservasi tiket. Ferry berpikir bakal ketinggalan gerbong, jika tidak segera memulainya.


Konsep bisnis Traveloka pada tahun 2012 adalah situs pencari dan pembanding tiket pesawat. Traveloka didirikan oleh tiga orang bersahabat: Derianto Kusuma, Ferry Unardi, Albert. Singkat cerita, Ferry meilhat bahwa orang-orang tidak hanya ingin mencari tiket yang murah, tetapi juga ingin memesan langsung tiket. Tepat pada pertengahan tahun 2013, Traveloka berubah menjadi situs reservasi (pemesanan) tiket pesawat.

Banyak hal yang harus dipelajari oleh Ferry saat mengawali Traveloka. Tantangan terberat adalah bagaimana cara mengelola tim yang awalnya berjumlah 8 orang menjadi belasan, puluhan bahkan ratusan orang. Banyak hal yang harus dilakukan sebagai perusahaan baru, termasuk membentuk budaya perusahaan dan membangun manajemen yang solid.


Selain itu permasalahan juga hadir, karena banyak maskapai penerbangan yang tidak bersedia bekerjasama dengan Traveloka. Ferry berusaha meyakinkan perusahaan-perusahaan maskapai penerbangan dan juga memperbaiki sistem layanan pelanggan (customer service).

Sejauh ini Traveloka sudah mendapatkan pendanaan dari beberapa perusahaan modal ventura (venture capital). Pendanaan pertama berasal dari East Ventures pada tahun 2012 dan Global Founders Capital pada tahun 2013.

 Pelajaran dari Kisah Sukses Ferry Unardi, pendiri Traveloka.com

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari kisah suskes Ferry Unardi. Setidaknya kita dapat mempelajari:

Semangat pantang menyerah dan kerja keras. Ternyata tidak mudah membuat perusahaan startup, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi mulai dari manajemen, pendanaan, menjalin partnership dan lain sebagainya.
Sosok Ferry Unardi dan kawan-kawan, mengajarkan kepada kita bahwa setiap pebisnis harus memiliki insting. Tahu kapan waktu yang pas untuk masuk dalam bisnis tersebut, tahu apa yang dibutuhkan oleh customer. Ferry dan kawan-kawan mengubah model bisnis yang awalnya hanya mesih pencari tiket menjadi situs reservasi tiket.
Terakhir dan paling penting: Kita harus melayani pembeli dan memberikan yang terbaik untuk pembeli. Dari situ, pembeli diharapkan akan membeli kembali layanan kita.

Source : https://www.finansialku.com/kisah-sukses-ferry-unardi-pendiri-traveloka/


Berawal dari Magang, Kini Ia Jadi Co-Founder Salah Satu Startup Rocket Internet

Nikita_Semenov_Zenrooms

Posisi senior di sebuah startup asuhan Rocket Internet bisa dibilang merupakan sebuah pekerjaan yang sangat didambakan. Perusahaan investasi asal Jerman ini memang memiliki standar khusus dalam merekrut karyawan. Mereka mencari orang-orang yang berpengalaman di bidang perbankan atau konsultan manajemen, dengan gelar sarjana dari universitas bergengsi.

Rocket Internet bahkan bisa memikat kandidat dari perusahaan besar seperti Goldman Sachs dan Deutsche Bank. Caranya, dengan menawarkan gaji lebih tinggi, jabatan menarik, juga kemampuan untuk merekrut, mengeksekusi ide, serta mengembangkan perusahaan dengan cepat.

Karyawan perusahaan Rocket Internet belajar banyak lewat pengalaman mereka diterjunkan dalam lingkungan kompetitif, di mana pencapaian target ambisius menjadi prioritas utama. Hal tersebut mungkin tidak cocok untuk semua orang, tapi jangkauan serta popularitas Rocket Internet yang cukup besar tentu tidak perlu diragukan lagi.

Itulah yang menjadi alasan Nikita Semenov berpindah haluan saat ia melamar untuk sebuah posisi di Lamudi, platform jual beli properti milik Rocket Internet.

Nikita Semenov mendapatkan gelar MBA dari HEC Paris pada tahun 2014. Tak lama kemudian, ia mengawali kariernya pada sebuah bank investasi di Luxembourg. Akan tetapi, hanya enam bulan setelah ia menjalani kehidupan sebagai bankir, Nik berpikir kembali soal pilihan kariernya.

“Saya menyadari kalau saya tidak mempelajari hal-hal substansial tentang membangun sebuah bisnis—waktu saya di kantor terbuang dengan mengerjakan spreadsheet“, ujar Nik tentang pengalamannya saat bekerja di Nordea Investment Funds, Luxembourg. “Saya ingin mendapatkan kemampuan yang nyata.”

Nik kemudian melakukan sebuah hal yang mungkin tidak banyak orang lain berani lakukan—meninggalkan pusat industri keuangan global di Eropa, lalu pindah ke Asia yang perkembangannya cenderung tertinggal.

“Lulusan HEC terobsesi dengan menemukan pekerjaan bergaji tinggi di London atau negara-negara Eropa lainnya,” jelas Nik. “Kamu bisa menghabiskan satu tahun penuh hanya untuk menyebar lamaran pekerjaan dan tidak mengembangkan kemampuan bisnis—benar-benar sebuah permainan CV.”

Pria asal Rusia ini tidak menginginkan hal tersebut. Ia mendapatkan panggilan wawancara pertama hanya sehari setelah memasukkan aplikasinya ke Lamudi. Dalam wawancara kedua dengan Global Co-Founder, Nik menjelaskan rencana kariernya secara detail dan menunjukkan ketertarikan untuk keluar dari zona nyamannya dan terlibat langsung dalam bisnis.

Keesokan harinya, Nik mendapatkan tawaran magang untuk di bidang penjualan yang berbasis di Jakarta. Tanpa pikir panjang, Nik langsung menerimanya dan terbang ke Jakarta dua hari kemudian. “Saya tidak pernah ke Asia sebelumnya, dan saya tidak yakin apakah Bali sama dengan Indonesia,” ujarnya sambil tertawa.

Mulai menyelam
Nik diberi tanggung jawab untuk membangun tim penjualan di Lamudi dari nol. Masalahnya adalah, Nik juga tidak memiliki pengalaman apapun yang berhubungan dengan penjualan. Keahliannya adalah mengolah angka di Excel dan menyusun proyeksi keuangan yang rumit. Kondisi tersebut bertambah berat karena Nik sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia.

Pura_Ulun_Danu_Bali_Indonesia

“Semua orang tahu kalau saya adalah orang baru. Hal tersebut menjadi hambatan besar untuk meraih kepercayaan di awal. Demi alasan apa para developer properti mau berbisnis dengan orang bule yang bahkan tidak menguasai bahasa setempat?” kenangnya.

Kunci untuk menghadapi kesulitan tersebut adalah dengan kegigihan. Nik pantang mendapat jawaban “tidak”, lalu ia berkutat dengan dua strategi untuk memenangkan penawaran: melakukan follow up dengan berbagai pihak secara rutin dan menjelaskan manfaat layanan online Lamudi secara mendetail.

Pelan tapi pasti, sikap orang-orang mulai berubah. Dalam beberapa bulan, Nik berhasil menciptakan proses penjualan yang belum pernah ada sebelumnya serta mulai menyusun strategi Lamudi.

Nik juga diberi kewenangan untuk merekrut lebih banyak orang, hingga kemudian tersusun sebuah tim dengan lima orang anggota. Kursus bahasa setiap minggu juga membantunya memahami budaya dan tradisi lokal, serta melakukan bisnis dengan cara yang sesuai di Indonesia.

Menghadapi tekanan
“Masa-masa saya di Lamudi sangat penuh tantangan,” ujar Nik. Mirip dengan aktivitas menjalankan kebanyakan startup, peran Nik terbilang tidak jelas.

Selain penjualan, Nik juga diminta untuk mengawasi sisi pemasaran—belajar cara mengukur biaya akuisisi pelanggan, biaya per klik, dan strategi lain untuk memahami seberapa baik bisnis berjalan. “Sekarang saya cukup menguasainya,” kata Nik.

Mendekati akhir masa magangnya, Nik mulai mencari kesempatan lain dalam Rocket Internet. Pertemuan Nik dengan Kiren Tanna dan Nathan Boublil dari Rocket Internet kemudian menentukan langkah selanjutnya. Kiren dan Nathan diminta oleh Olive Samwer menciptakan “Uber” untuk hotel murah, mirip dengan startup OYO Rooms asal India. Mereka kemudian dikenalkan dengan Nik di kantor Lamudi Jakarta.

Berdirinya perusahaan tersebut saat itu masih misterius. Kiren dan Nathan akan menjadi Global Head, tapi mereka belum melakukan rekrutmen untuk posisi penting lainnya.

Setelah beberapa kali diskusi, mereka kemudian menyetujui Nik untuk bergabung dengan Zenrooms. Nik akan menjadi Co-Founder dan Managing Director untuk Indonesia. Saat itu, Zenrooms hanyalah sebuah ide belaka. Mereka belum memutuskan nama, belum ada website, bahkan tidak memiliki satu hotel pun yang terdaftar.

Kalau kamu menguasai proses penjualan, kamu bisa mengaplikasikannya di industri apa pun
“Saya menggunakan strategi yang sama untuk meyakinkan hotel seperti yang saya lakukan terhadap developer properti di Lamudi,” ujar Nik. “Kalau kamu menguasai proses penjualan, kamu bisa mengaplikasikannya di industri apa pun.”

Kali ini, periode eksekusi bahkan lebih cepat dari sebelumnya. Zenrooms diluncurkan secara resmi pada November 2015, hanya sebulan setelah masa beta terbatas. Dalam waktu satu bulan, sudah ada tiga ratus hotel yang terdaftar di Indonesia dengan tim beranggotakan enam orang di kota yang berbeda.

“Kami bekerja selama 24 jam sehari selama seminggu penuh dari sebuah kantor kecil di GEPI Incubator, Jakarta. Saya ingat orang-orang protes karena kami cukup berisik saat melakukan panggilan telepon.

Tapi bagaimana lagi, kami harus tumbuh dengan kecepatan setara dengan perkembangan Rocket Internet. Disiplin dalam bekerja dan kebebasan dalam berpendapat masih menjadi bagian yang krusial dalam budaya kami,” kenang Nik.

Zenrooms_bed

Setelah peluncuran yang cepat di Indonesia, Nik diminta untuk memperluas Zenrooms ke Sri Lanka, Singapura, dan Hong Kong. Hal tersebut sudah pernah ia alami sebelumnya. Tidak memiliki banyak kontak orang lokal dan harus bisa beradaptasi dengan cara menjalankan bisnis yang berbeda di tempat-tempat baru.
Pengalaman telah menempatkannya di posisi yang cukup baik. Zenrooms kini telah hadir di Indonesia, Thailand, Filipina, Sri Lanka, Singapura, dan Hong Kong. Model bisnis tersebut rupanya sangat diminati hingga akhirnya Zenrooms diluncurkan juga di Brazil.
Source : https://id.techinasia.com/berawal-dari-magang-sekarang-pria-ini-jadi-co-founder-zenrooms

5 model bisnis e-commerce di Indonesia

5 model bisnis e-commerce

Tahukah Anda bahwa ternyata website e-commerce seperti TokoBagus, Tokopedia, dan Blibli memiliki model bisnis yang berbeda? Karena model bisnis yang berbeda itulah mereka tidak dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya sebagai saingan.

Berikut kami jabarkan lima model bisnis yang diusung oleh pelaku bisnis e-commerce di Indonesia. Anda juga dapat menggunakan informasi ini untuk mengenal lebih jauh website manakah yang lebih cocok Anda gunakan untuk kegiatan bisnis online Anda.

1. Classifieds/listing/iklan baris
Ini adalah model bisnis e-commerce paling sederhana yang cocok digunakan di negara-negara berkembang. Dua kriteria yang biasa diusung model bisnis ini:

Website yang bersangkutan tidak memfasilitasi kegiatan transaksi online
Penjual individual dapat menjual barang kapan saja, dimana saja secara gratis
Tiga situs iklan baris yang terkenal di Indonesia ialah Tokobagus, Berniaga, dan OLX. Kaskus selaku forum online terbesar di Indonesia juga bisa dibilang masih menggunakan model bisnis iklan baris di forum jual belinya. Ini dikarenakan Kaskus tidak mengharuskan penjualnya untuk menggunakan fasilitas rekening bersama atau escrow. Jadi transaksi masih dapat terjadi langsung antara penjual dan pembeli.

Metode transaksi yang paling sering digunakan di situs iklan baris ialah metode cash on delivery atau COD.

(Baca juga: 6 fakta mengenai COD di Indonesia)

Cara mencari uang: iklan premium.

Jenis penjual: situs iklan baris seperti ini cocok bagi penjual yang hanya ingin menjual sekali-kali saja, seperti barang bekas atau barang yang stoknya sedikit.

2. Marketplace C2C (Customer to Customer)
Ini adalah model bisnis dimana website yang bersangkutan tidak hanya membantu mempromosikan barang dagangan saja, tapi juga memfasilitasi transaksi uang secara online. Berikut ialah indikator utama bagi sebuah website marketplace:

Seluruh transaksi online harus difasilitasi oleh website yang bersangkutan
Bisa digunakan oleh penjual individual
Kegiatan jual beli di website marketplace harus menggunakan fasilitas transaksi online seperti layanan escrow atau rekening pihak ketiga untuk menjamin keamanan transaksi. Penjual hanya akan menerima uang pembayaran setelah barang diterima oleh pembeli. Selama barang belum sampai, uang akan disimpan di rekening pihak ketiga. Apabila transaksi gagal, maka uang akan dikembalikan ke tangan pembeli.

Tiga situs marketplace di Indonesia yang memperbolehkan penjual langsung berjualan barang di website ialah Tokopedia, Bukalapak, dan Lamido. Ada juga situs marketplace lainnya yang mengharuskan penjual menyelesaikan proses verifikasi terlebih dahulu seperti Blanja dan Elevenia.

Cara mencari uang: layanan penjual premium, iklan premium, dan komisi dari setiap transaksi.

Jenis penjual: situs marketplace seperti ini lebih cocok bagi penjual yang lebih serius dalam berjualan online. Biasanya sang penjual memiliki jumlah stok barang yang cukup besar dan mungkin sudah memiliki toko fisik.

3. Shopping mall
Model bisnis ini mirip sekali dengan marketplace, tapi penjual yang bisa berjualan disana haruslah penjual atau brand ternama karena proses verifikasi yang ketat. Satu-satunya situs online shopping mall yang beroperasi di Indonesia ialah Blibli.

Cara mencari uang: komisi dari penjual.

4. Toko online B2C (Business to Consumer)
Model bisnis ini cukup sederhana, yakni sebuah toko online dengan alamat website (domain) sendiri dimana penjual memiliki stok produk dan menjualnya secara online kepada pembeli. Beberapa contoh toko online di Indonesia ialah Bhinneka, Lazada Indonesia, BerryBenka, dan Bilna 1. Tiket.com, yang berfungsi sebagai platform jualan tiket secara online, juga bisa dianggap sebagai toko online.

Keuntungan dari memiliki toko online Anda sendiri ialah Anda memiliki kebebasan penuh disana. Anda dapat merubah jenis tampilan sesuka Anda dan dapat membuat blog untuk memperkuat SEO toko online Anda.

Bagi Anda yang tertarik untuk membuka sebuah toko online secara mudah, Anda dapat coba menggunakan Shopify, Jejualan, Pixtem, Jarvis Store, dan Klakat.

Cara mencari uang: berjualan barang demi dapatkan profit.

Jenis penjual: model bisnis ini cocok bagi mereka yang serius berjualan online dan siap mengalokasikan sumber daya mereka untuk mengelola situs mereka sendiri.

5. Toko online di media sosial
Banyak penjual di Indonesia yang menggunakan situs media sosial seperti Facebook dan Instagram untuk mempromosikan barang dagangan mereka. Uniknya lagi, sudah ada pemain-pemain lokal yang membantu penjual berjualan di situs Facebook yakni Onigi dan LakuBgt. Ada juga startup yang mengumpulkan seluruh penjual di Instagram ke dalam satu website yakni Shopious.

Membuat toko online di Facebook atau Instagram sangatlah mudah, sederhana, dan asiknya gratis! Tapi penjual tidak dapat membuat templatenya sendiri.

Di Indonesia, channel BBM pun juga sering digunakan sebagai media jual beli barang.

Jenis penjual: penjual yang ingin memiliki toko online sendiri tapi tidak ingin repot.

Ada juga beberapa bisnis online yang menggunakan beberapa model bisnis diatas pada saat bersamaan. Dua contohnya ialah Qoo10 dan Rakuten Belanja Online yang memiliki toko online B2C mereka sendiri serta marketplace yang memverifikasi penjualnya terlebih dahulu.

Inilah model-model bisnis dari website e-commerce di Indonesia. Ingat ya, membandingkan situs e-commerce satu dengan yang lainnya hanya dapat dilakukan apabila mereka memiliki model bisnis yang serupa. Jadi tidak akan cocok apabila kalian membandingkan perkembangan bisnis TokoBagus (classifieds/listing/iklan baris) dengan Berrybenka (B2C) contohnya.

source : https://id.techinasia.com